Artikel
Singkirkan Gengsi, Berdamai dengan Diri
Di masa pandemi yang penuh ketidakpastian ini, banyak yang merasakan kelelahan fisik berlebih. Kehidupan sosial lambat laun memburuk, emosi tidak stabil, sulit berkonsentrasi hingga berputus asa. Lalu muncul istilah corona-somnia, yaitu masalah sulit tidur yang berhubungan dengan pandemi.
Kondisi tersebut ternyata dialami juga oleh banyak Alumni Beswan Djarum. Anggi V. Goenadi yang ditunjuk sebagai moderator malam itu, mengajak para alumni untuk saling berbagi kabar hingga keresahan bersama.
Analisa Widyaningrum, Clinical Psychologist yang juga CEO APDC Indonesia yang menjadi pembicara mengungkapkan hasil riset seputar dampak pandemi. Mengutip Boston Consulting Group Report, sebanyak 56% pekerja di berbagai perusahaan merasakan produktivitas menurun pada pekerjaan kolaboratif. Beswan Djarum 2009/2010 ini juga mengungkapkan penelitian yang dilakukan Forbes yaitu 6 dari 10 milenial mengalami burnout, stres, dan depresi selama pandemi.
Menurut Analisa, fenomena ini terjadi karena memang ketidaksiapan kita akan ketidakpastian akibat pandemi yang datang tiba-tiba. Kecepatan seseorang untuk beradaptasi dengan perubahaan ini sangat tergantung dengan kesehatan mentalnya.
Selanjutnya Analisa memaparkan simtom yang bisa menjadi penanda. Mulai dari fisik, yaitu sakit kepala, lelah berlebih, nyeri otot, nyeri dada atau detak jantung cepat, dan asam lambung naik. Secara emosi, seseorang sulit fokus, khawatir terus menerus, mudah lupa, merasa kewalahan, dan sedih yang berlama-lama.
Simtom juga bisa dilihat dari perilaku yaitu mudah marah, produktivitas menurun, perubahan pola makan, perubahan pola tidur, hingga kurang gairah dalam seks.
Kesedihan akan kondisi saat ini juga dilanda oleh Komika sekaligus Aktor, Abdurrahim Arsyad. Bidang yang ditekuninya sangat merasakan dampak buruk dari pandemi. “Selucu-lucunya orang, begitu ia mengalami tragedi pasti nangis juga,” ungkapnya.
Kemudian Abdur berbagi resepnya bisa bangkit dari keterpurukan. “Tertawakan saja,” kelakarnya. Tapi untuk dapat menertawakannya, seseorang harus bisa berdamai dengan rasa kecewa, sakit hati, kehilangan, serta perasaan tidak menyenangkan lainnya. Waktu akan mengobatinya baru setelah itu menjadi komedi.
Seringkali seseorang tidak sadar dengan yang sedang dirasakannya. Menyambung dari Abdur, Analisa yang telah bertemu dengan beragam orang menyebutkan bahwa kebanyakan mereka merasa gengsi untuk mengakui bahwa ia sedang bersedih, marah, atau kecewa.
Namun apabila seseorang sudah menyingkirkan gengsinya, menyadari perasaannya, maka akan lebih mudah untuk menerima dan berdamai dengan diri sendiri.
Nostalgia Bersama
Selain berbagi keresahan, para alumni juga bernostalgia ke masa-masa menjadi Beswan Djarum aktif. “Saat itu saya cukup dikenal karena dimirip-miripkan dengan Obama,” canda Abdur.
Analisa juga kembali mengingat pelatihan Leadership Development yang diterimanya dulu. “Saat itu saya melihat pengisi materi tentang visi, dalam hati saya berkata saya ingin bisa menjadi pembicara seperti beliau,” kenang Analisa.
Anggipun turut berbagi cerita masa-masa berkesan ialah bertemu dan menjalin pertemanan dengan sesama mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia.
Acara reuni virtual inipun ditutup dengan menyanyikan himne Beswan Djarum bersama-sama. Suasana haru tercipta karena bagi alumni Beswan Djarum lagu ini memiliki makna yang menggugah semangat serta kebersamaan untuk membangun negeri.
Ikuti terus media sosial resmi kami melalui: Instagram (@djarumbeasiswaplus), Facebook Page (Djarum Beasiswa Plus), Twitter (@BeswanDjarum) dan YouTube (Djarum Beasiswa Plus).
Artikel terkait
