"/>
Dalam talkshow kebangsaan bertajuk "Menjadi Generasi Pembelajar", Rosianna membagikan resep ampuhnya untuk tetap relevan lintas zaman. Bagi Pemimpin Redaksi Kompas TV itu, tidak ada kata tua untuk belajar. Meskipun seorang mentor, Rosianna mengaku banyak belajar juga dari para Beswan Djarum melalui interaksi.
Rangkaian pagelaran virtual Nation Building ini menghadirkan Riko Anggara sebagai moderator dan Rosianna Silalahi serta Indra Rudiansyah, alumni Beswan Djarum 2011/2012 sebagai narasumber.
Talkshow dibuka dengan Riko menyebutkan 4 soft skills penting agar tidak kalah dari mesin di masa mendatang. Mulai dari critical thinking, communication, collaboration, sampai Rosianna mengamininya. "Kemanusiaan itu tidak bisa digantikan oleh mesin. Karena mesin hanya mencatat kebiasaan jari kita. Maka kita harus hidup dengan rasa," tutur perempuan yang menjadi Pemimpin Redaksi di usia yang masih muda, 32 tahun.
Bagi sosok jurnalis yang baru saja mewawancarai Presiden kita ini, pintar saja tidak cukup. “Harus dilengkapi dengan sense atau kepedulian serta empati,” lanjutnya.
Semangat serupa nyatanya juga dimiliki oleh Indra. Diakui oleh mahasiswa S3 University of Oxford ini, ada perbedaan makna belajar antara di Indonesia dengan di Oxford. “Kalau di sini, makna sebuah pembelajaran adalah pemahaman dan bagaimana membentuk kolaborasi,” terangnya.
Menurut Indra, kemampuan komunikasi sangat penting. Terlebih sebagai scientist, ia harus bisa mengomunikasikan pemikirannya dengan baik.
Jatuh lalu bangkit lagi
Di depan 497 Beswan Djarum 2019/2020, Indra menceritakan pengalamannya gagal saat Writing Competition Beswan Djarum 2011/2012 tingkat nasional. Rosianna saat itu pun menjadi mentor sekaligus juri.
“Setelah kekalahan itu saya justifikasi diri dan menganalisis kenapa teman saya bisa jadi pemenang. Akhirnya saya menemukan memang kala itu saya tidak seberani pemenang untuk keluar dari tempurung,” kisah Indra.
Kemudian Indra lanjut cerita kegagalannya mendapat beasiswa kuliah di Amerika. Namun ia tidak menyerah dan terus memperbaiki diri. Hingga ia bisa menembus beasiswa di Oxford.
“Indra ini contoh ideal seorang Beswan Djarum,” sambung Rosianna. “Kegagalan jangan dibaperin,” lanjutnya.
Rosianna pun memuji critical thinking yang dimiliki oleh Indra. “Indra bersikap kritis tapi terbuka, sehingga ia mencari tahu apa saja. Seorang critical thinker melihat opini dari berbagai sudut pandang. Beda dengan orang yang nyinyir, yang cuma melihat dari satu sisi.”
Ciptakan pola pikir positif
Antusiasme Beswan Djarum terlihat dari banyaknya pertanyaan yang masuk. Salah satunya dari Theodorus Bima Hausa Sutandi asal Universitas Atma Jaya Yogyakarta. “Saat saya merasa sudah berbuat lebih, tapi melihat pencapaian orang lain, saya jadi merasa kurang. Bagaimana mengubah kegelisahan saya menjadi hal positif?” tanyanya.
Indra menjadi penjawab pertama. Menurutnya, membandingkan diri dengan orang lain merupakan kesalahan besar. Seharusnya yang dilakukan ialah membandingkan diri kita di masa lalu dengan masa sekarang. “Sehingga kita bisa terdorong pada langkah selanjutnya untuk menjadi lebih baik,” jelasnya.
Rosianna menambahkan, bahwa pola pikir itu sangatlah berpengaruh. “Jangan pernah iri pada orang lain. Tapi saat melihat pencapaian orang lain, katakanlah seperti ini pada dirimu: memang Tuhan maha baik, untuk dirinya dan diriku.”
Inspirasi untuk terus melangkah
Talkshow ini membangun optimisme, seperti itulah kesan yang didapat oleh Dessy Widyasari dari Universitas Brawijaya. “Kondisi krisis ini menuntut kami untuk segera mengimplementasikan bekal yang telah kami pelajari selama di Djarum Beasiswa Plus. Sehingga kami optimis, keterbatasan tidak menjadi kendala bagi kami dalam kolaborasi,” katanya.
Adapun bekal tersebut, lanjut Widya, yaitu karakter dasar meliputi rasa ingin tahu, inisiatif, ketekunan, kemampuan beradaptasi, kepekaan sosial, dan kepemimpinan. “Karakter tersebut dapat membantu kami untuk menghadapi tantangan.”
Selain Dessy, Taufik Hidayat, juga mengungkapkan semangatnya usai mengikuti rangkaian virtual Nation Building. “Dengan latar belakang sebagai mahasiswa kedokteran, saya akan berusaha dengan ilmu yang saya punya saat ini untuk bisa membantu sesama demi tingkat kesehatan rakyat Indonesia yang lebih baik,” jelas Beswan Djarum 2019/2020 asal Universitas Lampung tersebut.
Ditemui usai wawancara, Riko Anggara turut memberikan semangat untuk seluruh Beswan Djarum angkatan 35 yang 'spesial' ini. “Optimisme yang paling berarti ialah yang dilakukan. Langkah kecil tidak apa-apa. Dan dengan semangat saya yakin Beswan Djarum bisa mencapai tempat yang diinginkan,” ucapnya.