Artikel

Tetap Berpikir Kritis di Masa Krisis

Jumat, 13 Agustus 2021

Masa krisis ini masih belum usai. Pemerintah baru saja mengeluarkan pernyataan bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diperpanjang hingga 16 Agustus 2021. Kita masih harus berjuang.

Sayangnya, saat ini tidak hanya virus Covid-19 yang harus kita lawan. Penyebaran kabar bohong atau hoaks jika dibiarkan akan sangat membahayakan karena bisa menjerumuskan. Fatalnya hoaks bisa berakibat meningkatkan jumlah penderita atau bahkan angka kematian.

Banyak cara serta media untuk kita unjuk partisipasi dalam penyelesaian pandemi ini. Bila para tenaga kesehatan tengah berjibaku berperang melawan virusnya, kita dengan latar belakang beragam juga bisa turut terjun bersenjatakan pikiran kritis. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga bisa menyelamatkan orang-orang di sekitar.

Salah satu langkah untuk mengasah pikiran kritis ialah mengecek sumber berita yang beredar dengan bertanya langsung pada ahlinya. Hoaks yang belakangan ini banyak beredar adalah tentang vaksinasi.

Pada akhir Juli 2021 lalu, Djarum Foundation menggelar Bincang Media dengan menghadirkan narasumber ahli yaitu Indra Rudiansyah, Clinical Trial Team for Oxford/AstraZeneca Covid-19 Vaccine dan dr. Ursula Penny Putrikrisila, Direktur Rumah Sakit Harapan Sehat Bumiayu.

Kedua Alumni Beswan Djarum ini sangat menyayangkan hoaks yang tersebar di tengah masyarakat. “Gara-gara hoaks, angka vaksin di Indonesia hingga saat ini masih belum mencapai 10%,” ujar dr. Penny.

Indra turut menambahkan, “Bukan vaksin yang berbahaya, tapi justru hoaks-hoaks ini.”
Dalam kesempatan tersebut, Indra dan dr. Penny menjawab beragam hoaks seputar vaksin yang beredar di masyarakat.

Berikut kami pilihkan tiga isu yang paling banyak tersebar.

Ada microchip yang disuntikan ke tubuh bersamaan dengan vaksin 

Sebagai salah satu tim pelaksana vaksinasi di Jawa Tengah, dr. Penny menegaskan bahwa cairan yang disuntikan ke dalam tubuh hanya sebesar 0.5cc saja. “Tidak mungkin bisa disisipi oleh benda padat semacam chip,” terangnya.

Setali tiga uang dengan dr. Penny, sebagai tim penguji vaksin, Indra meyakinkan bahwa tidak ada chip di dalam vaksin. Selanjutnya ia menjelaskan, “vaksin adalah bagian dari virus atau seluruh virus yang sudah dilemahkan atau dinonaktifkan yang digunakan sebagai bahan baku utama untuk mengajari tubuh menghadapi virus tersebut.”

Setelah vaksin malah bikin sakit 

“Sama seperti obat, vaksin juga memiliki efek samping,” jelas Indra. Efek samping atau biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) ini berbeda-beda tiap orang. Umumnya tingkat KIPI-nya cukup ringan seperti nyeri di sisi penyuntikan, demam, kelelahan, sakit kepala, atau mual. “Kita cukup istirahat selama 1-2 hari di rumah,” lanjutnya.

Pascavaksinasi, dr. Penny ikut menambahkan, ada proses observasi selama 30 menit. Penerima vaksin dipantau langsung untuk melihat reaksi tubuhnya terhadap vaksin. KIPI berat sangat jarang terjadi. Sekalipun ada, akan langsung terlihat hanya dalam kurun waktu 30 menit hingga satu hari setelah divaksin.

Namun apabila 30 menit tidak ada reaksi berat, orang yang divaksin dapat melanjutkan istirahat di rumah. dr. Penny sangat menyarankan untuk tidak beraktivitas di luar rumah setelah vaksin. “Untuk membantu tubuh yang sedang berperang dan membuat antibodi,” terangnya.

Vaksin itu percuma karena kita tidak terlindungi 

Indra mengingatkan, meskipun sudah divaksinasi kita masih bisa terinfeksi namun gejalanya jauh lebih ringan dari yang belum divaksinasi. “Misalnya saya kelompok rentan mungkin kalau saya tidak vaksinasi saya akan masuk rumah sakit atau ICU, tetapi karena saya sudah vaksinasi saya hanya demam dan butuh isolasi mandiri saja,” sambungnya.

Melalui pikiran kritis, kita bisa menciptakan solusi sekalipun di masa krisis. Bisa mengakses informasi yang benar langsung dari ahlinya merupakan privilese atau hak istimewa yang patut disyukuri. Namun tidak hanya berhenti di sana saja, kita harus menggunakan privilese tersebut untuk melindungi masyarakat lebih banyak dengan mengedukasi mereka.

Karena nyatanya, tidak cukup jika hanya kita yang divaksin. Kita perlu mengajak orang-orang di sekitar kita untuk turut meningkatkan angka vaksinasi. Karena vaksinasi yang dilakukan secara serentak dan merata bisa segera menciptakan kekebalan kelompok. Sehingga kita bisa menekan laju virus Covid-19 dan sama-sama keluar dari kondisi pandemi ini.

Ikuti terus media sosial resmi kami melalui: Instagram (@djarumbeasiswaplus), Facebook Page (Djarum Beasiswa Plus), Twitter (@BeswanDjarum) dan YouTube (Djarum Beasiswa Plus)

Artikel terkait

1 - 20 April 2024 Seleksi Essay Contest Beswan Djarum 2023/2024 Tingkat Regional 21 - 27 April 2024 Final Essay Contest Beswan Djarum 2023/2024 Tingkat Regional 16-17 Mei 2024 Final Essay Contest Beswan Djarum 2023/2024 Tingkat Nasional 27 Maret - 30 Mei 2024 Pendaftaran Online Djarum Beasiswa Plus 2024/2025 31 Mei - 9 Juni 2024 Seleksi Administrasi Djarum Beasiswa Plus 2024/2025 10 Juni - 23 Juni 2024 Tes Tulis Online Djarum Beasiswa Plus 2024/2025 24 Juni - 31 Agustus 2024 Tes Tulis Offline & Wawancara Djarum Beasiswa Plus 2024/2025 1 September 2024 Pengumuman Beswan Djarum 2024/2025