Lagak percaya diri menembus panggung kompetisi Writing Competition. Cara membawakan presentasi menarik perhatian dewan juri. Ada yang maju memulai dengan memutar video, bernyanyi, hingga berpuisi. Mengubah suasana tegang menjadi ajang belajar yang mengasikkan.
Selain menulis esai dengan kategori tema tertentu, ke 16 finalis diminta untuk mempresentasikan esainya selama 20 menit untuk kemudian ditanggapi langsung oleh dewan juri dan audience. Waktu 20 menit dimanfaatkan oleh para finalis dengan sebaik mungkin demi memenuhi berbagai aspek penilaian yang diberikan.
Aditya Very Cleverina, finalis asal Universitas Sebelas Maret mengakui bahwa bekal soft skills yang diberikan selama menjadi Beswan Djarum ia aplikasikan dalam kompetisi ini. Dimulai dari kegiatan Nation Building dimana ia bersama ratusan penerima Djarum Beasiswa Plus lainnya belajar tentang wawasan kebangsaan serta keberagaman sejalan dengan konsep ide yang ia bawa saat final yakni Interfaith Dialogue. "Di Nation Building saya belajar tentang keberagaman yang kemudian saya terapkan dalam konsep ide saya untuk membuat dialog antar umat beragama yang terbuka. Kedua saya dapatkan nilai terpenting dari usaha, kerja keras, dan pantang menyerah dari kegiatan Character Building. Kami sudah ditempa sedemikian rupa hingga akhirnya mampu menghadapi berbagai macam tantangan dengan berani. Yang paling terpenting juga adalah soft skills dari pelatihan Leadership Development dimana kita dari yang awalnya minim pengetahuan tentang menulis jadi makin tahu bagaimana sih cara menuliskan ide yang baik serta terstruktur. Tak hanya itu, kami juga diajarkan untuk mengolah kemampuan public speaking hingga hasilnya juga dapat teman-teman lihat di presentasi tadi semua finalis begitu percaya diri tampil membawakan idenya", jelas Aditya Very.
Winona Madelina dari Universitas Tanjungpura juga menyampaikan bahwa kompetisi ini menjadi muara bekal ilmu yang dimilikinya. “Saya bersyukur bisa sampai di tahap ini dengan dukungan dari banyak orang. Jika sebelumnya sudah berproses melalui mempersiapkan materi, konsultasi dengan dosen, menguji produk spray kulit buah langsat yang saya buat, hingga hari ini akhirnya soft skills yang saya miliki diuji. Mampukah saya berpikir kritis, presentasi dengan baik, menjawab pertanyaan, dan mempertahankan argumen. Semua saya pelajari dalam berbagai pelatihan soft skills yang diberikan. Harapannya tentu hasil yang terbaik dan saya sudah cukup puas dengan kompetisi ini”, cerita Winona.
Writing Competition kali ini tidak hanya melibatkan para finalis tapi juga alumni Beswan Djarum lintas angkatan. Ursula Penny, Beswan Djarum angkatan 2011/2012 menyatakan bahwa ia sangat terkesima melihat penampilan ke 16 finalis yang juga ditantang untuk menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris. Ursula Penny melihat bahwa Beswan Djarum dari tahun ke tahun kian atraktif dan berkembang. Ide-ide segar yang sebelumnya tidak terpikirkan justru muncul dalam presentasi yang menarik. “Ide yang disajikan beragam. Ada yang sederhana namun begitu aplikatif. Kemampuan mereka dalam presentasi dan juga menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris patut diacungi jempol. Dari yang awalnya mungkin tidak berani akhirnya jadi berani mencoba. Ajang ini memang hanya kompetisi tapi harapan kedepannya adalah pengalaman ini dapat menjadi tabungan bagi mereka untuk bersaing menantang zaman. Percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya untuk meraih cita-citanya”, sambung Ursula Penny.
Lalu, akan teman-teman Beswan Djarum bawa kemana bekal soft skills yang telah dimiliki? Yuk kembangkan kemampuan dan berkaryalah sesuai keinginanmu!