<< Kembali

2024-01-11 07:00:00

5 Tipe Orang Toksik Yang Baiknya Kita Cut Off Dari Pertemanan

Memutuskan hubungan seseorang dalam pertemanan atau biasa disebut cut off bukanlah hal yang gampang. Terutama buat orang yang enggak enakan. Tapi di beberapa kejadian, cut off orang dari pertemanan bisa jadi hal yang diperlukan.

Dalam salah satu wawancara eksklusif Prof. Rhenald Kasali, Ph.D dengan tim Djarum Beasiswa Plus, beliau bilang, “You are who your friends are. Anda adalah siapa teman-temanmu. Teman-teman yang sama itu akan ngumpul sama. Orang minder ngumpulnya sama orang-orang minder. Orang yang nyinyir ngumpulnya sama orang nyinyir. Orang negatif ngumpulnya sama orang negatif…”

Lalu guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini melanjutkan, “tapi kalau kamu tidak suka dengan hasil yang kamu capai, keluar dari lingkarannya. Cari lingkaran baru. Dan orang-orang yang confident-nya kuat akan bertemu dengan orang-orang yang kuat. Jadi cari lingkaran baru dan anda akan merasakan ternyata dunia ini berbeda dilihatnya.”

forbes.com menyebutkan ada 5 tipe orang toksik yang baiknya kita cut off dari pertemanan jika kamu ingin berkembang

1. Si penghisap energi

Pernah enggak kamu ketemu sama orang rasanya kayak energi kamu dihisap sampai habis? Orang yang enggak berhenti ngomong dan mendorong kita untuk melakukan hal-hal di luar batas. Pokoknya kalau ketemu orang ini, kita jadi lelah fisik dan mental. Apalagi si penghisap energi ini enggak pernah menanyakan pendapatmu.

Daripada energi kamu habis untuk menghadapi orang seperti ini, baiknya tinggalkan dan alihkan energimu untuk hal produktif. Atau ya fokus untuk memperhatikan dirimu sendiri.

2. Si egois

Orang yang muncul hanya saat butuh. Ketika kumpul pun, tipe ini hanya memikirkan perasaan dan kepentingannya sendiri. Di setiap situasi, dia maunya jadi pusat perhatian.

Makin lama, berteman dengan tipe egois seperti ini bisa berujung toksik. Karena dia tidak peduli dengan keadaan atau bahkan pendapatmu. Tentu bukan sesuatu yang baik untuk perkembangan dirimu.

3. Si perundung

Dalam lingkaran pertemanan apapun, baik itu teman kampus, teman magang, teman organisasi, dan lainnya, pasti ada aja tipe yang kalau bicara ceplas-ceplos. Dia enggak segan-segan mengutarakan pendapatnya tanpa melihat situasi sekitar. Dalihnya selalu bilang, “aku orangnya apa adanya sih…”

Mungkin dalam porsi tertentu, punya teman yang bicara apa adanya bisa membantu kita untuk merefleksikan diri. Akan tetapi, jika kadarnya sudah berlebihan, jatuhnya ia tidak ada bedanya dengan perundung berkedok teman. Apalagi jika mengungkapkan kritik tapi tidak dengan niat membangun.

Tentunya kita tidak membutuhkan orang seperti ini dalam pertemanan kita.

4. Si dramatis

Semua orang di dunia ini jahat sama aku. Begitulah kira-kira yang ada di pikiran dari tipe keempat ini. Senang mendramatisir sesuatu, selalu melihat sisi negatif dari tiap kejadian. Seolah baginya, hidup tidak ada momen bahagia sedikitpun.

Hati-hati, pesimis itu bisa menular, loh!

Biasanya tipe seperti ini akan menarik kita untuk turut bersedih dan tidak bersemangat. Ini bisa memudarkan motivasi kita untuk berkembang.

5. Si paling pintar

Jika sebelumnya kita membahas tentang Waspada Dunning Kruger Effect, Merasa Paling Tahu, nah tipe kelima ini adalah gambaran dari orang yang dunning kruger effect itu.

Di setiap obrolan, dia selalu merasa yang paling pintar dan menyepelekan pendapat kita. Berteman dengan tipe seperti ini, bisa mengikis rasa percaya dirimu.

Membuatmu terus sangsi pada nilai yang kamu yakini.

Gimana caranya biar enggak jadi teman yang toksik?

Asah lebih dalam lagi empati dan kepekaan sosial kita. Coba lebih banyak mendengarkan, belajar memahami, dan terbuka pada perbedaan. Percaya deh, berteman dengan orang yang memiliki kepekaan yang tinggi akan membuat kita nyaman. Bonusnya lagi, bisa saling mendorong untuk berkembang bersama.

Ikuti terus media sosial resmi kami melalui: Instagram (@djarumbeasiswaplus), Facebook Page (Djarum Beasiswa Plus), Twitter (@BeswanDjarum), LinkedIn (Djarum Beasiswa Plus), dan YouTube (Djarum Beasiswa Plus).