<< Kembali

2021-04-08 14:32:58

Berpikir Kritis dalam Mengutip Tokoh atau Pakar

Salah satu tugas yang paling sering diterima oleh mahasiswa adalah membuat karya ilmiah tertulis. Baik itu berupa jurnal, esai, laporan penelitian, bahkan skripsi. Dalam penyusunan hasil pemikiran atau penelitian, seringkali dibutuhkan argumen dari tokoh atau pakar di bidang terkait untuk menguatkan.

Namun mengutip tokoh atau pakar tidak boleh asal dan sembarangan, Sobat Beswan Djarum. Meskipun sumber data yang dibaca datang dari tokoh atau pakar, tetap harus berpikir kritis untuk menganalisis lebih dalam.

Pentingnya berpikir kritis terutama saat menulis, telah dijabarkan oleh Roro Ajeng Sekar Arum, pemateri “Design Thinking for Writers” dalam rangkaian Leadership Development Djarum Beasiswa Plus 2020/2021. Digital Strategist dan Content Writer KompasTV ini menjelaskan bahwa perkembangan teknologi dan inovasi-inovasi dari berbagai bidang menciptakan peluang sekaligus tantangan yang sangat kompleks. Untuk dapat menghadapi masa yang cepat berubah ini, generasi muda dituntut untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 

Lulusan Universitas Brawijaya yang akrab disapa Ajeng tersebut menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki critical thinking. Mulai dari mempertimbangkan banyak perspektif, menganalisis fakta dan data, mengevaluasi banyak alternatif, hingga mampu menghasilkan suatu keputusan, argumen, serta pandangan.

Nah dari ciri-ciri berpikir kritis tersebut, bisa kita bawa sebagai langkah dalam mengutip pendapat tokoh atau pakar. Diolah dari berbagai sumber, berikut empat langkah tersebut:

1. Memilih dari bidang yang sesuai dengan topik

Kamu harus menyaring ketat tokoh yang hendak dikutip. Menganalisis lebih dalam kesesuaian antara kualifikasi sang tokoh dengan topik yang ingin diangkat.

2. Melacak keberpihakan

Setiap orang pasti memiliki berbagai macam bias dalam dirinya. Oleh sebab itu kamu mesti mencari tahu latar belakang dan posisi tokoh yang sebenarnya dalam menanggapi topikmu. Meskipun kualifikasi dan argumen yang dimiliki oleh tokoh sudah relevan, tetap harus kritis, ya!

3. Menganalisis pendapat pembanding

Seperti poin yang sudah dijelaskan oleh Ajeng, berpikir kritis membuat kita mempertimbangkan banyak perspektif. Meskipun berasal dari bidang yang sama, bahkan kualifikasinya juga sama tingginya, seringkali kita temukan para tokoh memiliki pendapat berlawanan.

4. Perhatikan konteks

Tahapan ini penting untuk memastikan relevansi pendapat tokoh. Meski argumen yang dibutuhkan sesuai, tapi bila konteks yang diucapkan berbeda, maka kutipanmu jadi bermasalah. Sehingga kamu perlu memeriksa lagi kapan si tokoh berbicara, untuk siapa, dan dalam isu apa.

Sobat Beswan Djarum pasti sudah memahami bahwa berpikir kritis tidak hanya diperlukan untuk tugas kuliah saja, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Langkah-langkah tadi, juga bisa kamu terapkan saat menemukan opini atau kutipan dari tokoh.

Selain berpikir kritis, kamu juga bisa mengasah soft skills lainnya bersama Djarum Beasiswa Plus, loh! Saat ini pendaftaran untuk tahun ajaran 2021/2022 sudah dibuka. Untuk kamu mahasiswa semester 4 dari jenjang pendidikan S1/D4, langsung akses pendaftarannya di register.djarumbeasiswaplus.org. Yuk, daftar sekarang!

Ikuti terus media sosial resmi kami melalui: Instagram (@djarumbeasiswaplus), Facebook Page (Djarum Beasiswa Plus), Twitter (@BeswanDjarum) dan Youtube (Djarum Beasiswa Plus).

*Diolah dari:

  1. https://www.nytimes.com/2020/02/04/learning/quoting-and-paraphrasing-experts-and-research-the-times-tip-column.html
  2. https://latihlogika.com/pelajaran/pelajaran-6-argumen-mengutip-tokoh-atau-pakar