<< Kembali

2023-07-22 09:00:00

Meriset dengan Sepenuh Hati untuk Negeri

Jumlah peneliti di Indonesia masih kurang. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Berry Juliandi, Pakar IPB University, mengatakan dalam sebuah diskusi bersama Kemendikbud.

Kenal Alumni kali ini mewawancarai Zulfika Satria Kusharsanto, salah satu periset dari Badan Riset dan Inovasi (BRIN) yang merupakan Beswan Djarum 2011/2012 asal Universitas Diponegoro. Bagaimana perjalanannya menjadi seorang periset? Simak wawancara kami berikut ini.

Bagaimana cerita perjalanan sebagai periset?
Saya memulai karir sebagai asisten peneliti di Universitas Diponegoro (Undip). Saat itu saya terlibat dalam kerja sama kajian antara Undip dan Pemerintah Kota Semarang tentang Sistem Inovasi Daerah yaitu pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dengan kolaborasi pemerintah-akademisi-bisnis untuk pengembangan ekonomi lokal.

Pada 2015 saya diterima bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang saat ini sudah bertransformasi menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kegiatan yang telah saya lakukan di antaranya pendampingan pengembangan techno park di berbagai daerah dan kajian tentang potensi fast charging station kendaraan listrik di kota-kota di Indonesia. Saat ini saya terlibat di kegiatan pengukuran indikator iptek Indonesia dan riset tentang model pengukuran implementasi sistem inovasi daerah.

Apa pengalaman menarik menjadi periset?a
Saya pernah ditugaskan untuk mengikuti pelatihan technopreneurship seorang diri ke Iran, negeri yang sangat asing buat saya saat itu. Pelatihan tersebut diikuti oleh berbagai perwakilan negara anggota ISTIC UNESCO. Rasanya gugup luar biasa, tetapi juga bersemangat di saat yang bersamaan. Dari pelatihan tersebut saya banyak bertukar pikiran tentang pemanfaatan teknologi dan inovasi dari peserta lain yang mayoritas berasal dari negara berkembang seperti Iran, India, China, Malaysia, Oman, Tunisia, dan sebagainya. Saya juga mengetahui lebih dalam tentang kondisi Iran yang ternyata tidak seperti yang digambarkan media. Orang Iran pun sangat ramah, bahkan untuk orang asing seperti saya.

Bagaimana dengan perjalanan studimu?
Saya melanjutkan studi S2 pertama saya di Magister Pembangunan Wilayah dan Kota, Undip, melalui skema program beasiswa Fast Track (kuliah S1-S2 selama 5 tahun).

Pada 2017, saya mendapat beasiswa StuNed untuk melanjutkan studi Master in Urban and Economic Geography, Utrecht University, Belanda. Saya mengambil S2 kedua di Utrecht karena saya ingin mendalami tentang ekonomi wilayah melalui pemanfaatan inovasi dan ekonomi kreatif, materi yang sangat berkaitan dengan pekerjaan, tetapi belum saya dapatkan di gelar akademik saya sebelumnya. Terkenal dengan pencapaian inovasinya, saya juga bercita-cita mempelajari praktik pemanfaatan inovasi dari Belanda untuk bisa diadaptasi di Indonesia.

Kemampuan apa sih yang harus dimiliki periset agar bisa dekat dengan masyarakat dan target audiensnya?
Pekerjaan saya yang banyak melakukan koordinasi dengan banyak pihak baik kementerian atau lembaga, pemerintah daerah, maupun organisasi lainnya. Hal ini memberikan tantangan besar dalam kemampuan berkomunikasi. Terlebih lagi pekerjaan saya juga dituntut untuk mampu mengomunikasikan bahasa-bahasa teknologi yang mungkin masih asing di masyarakat sehingga saya harus terus belajar menyusun percakapan dan tulisan yang mudah dimengerti awam sekalipun. Kemampuan beradaptasi dan memahami rekan bekerja menjadi mutlak dibutuhkan, sebab tiap orang punya karakteristik dan agenda prioritas yang berbeda- beda.


Apa yang ingin disampaikan untuk Sobat Beswan Djarum yang ingin menjadi periset seperti mu?
Sebagai periset, kita harus banyak membaca, mendengar, serta menulis. Mungkin terlihat membosankan, tetapi ketika dijalani justru menjadi proses yang sangat menyenangkan. Misalnya mendengar opini informan yang ternyata banyak hal-hal

unik dan menarik yang menambah wawasan. Jangan lupa, rajin juga untuk menulis baik itu blog, artikel ilmiah, atau artikel populer. Manfaat menulis adalah tersampaikannya apa yang ada di otak kita dan terdokumentasi dengan baik. Di era podcast, jika kurang minat menulis, bisa juga mengasah teknik komunikasi verbal yang baik.

Semoga setelah ini makin banyak mahasiswa yang tertarik untuk menjadi periset dan bisa memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Baca juga Kenal Alumni lainnya, ya!
Ikuti terus media sosial resmi kami melalui: Instagram (@djarumbeasiswaplus), Facebook Page (Djarum Beasiswa Plus), Twitter (@BeswanDjarum), LinkedIn (Djarum Beasiswa Plus), dan YouTube (Djarum Beasiswa Plus).