Salah satu profesi yang paling kena dampak semasa pandemi lalu adalah seniman. Tidak ada panggung pertunjukkan, ruang gerak serba terbatas. Namun Yudha Prawiro Dijoyo, tidak patah arang. Saksofonis yang merupakan Beswan Djarum 2019/2020 dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini mulai serius merambah dunia digital.
Bagaimana perjalanan kariermu sebagai saksofonis hingga menjadi project manager di Vinoqi Entertainment?
Musisi dan pegiat seni lainnya mengalami keterpurukan di masa pandemi, ini membuat saya harus putar otak untuk mendapat penghasilan. Singkat cerita, saya beralih ke media digital karena tidak ada gigs maupun panggung di masa pandemi.
Dari sini saya bertemu dengan pemilik Vinoqi Entertainment yang tertarik dengan penampilan dan permainan saya. Beliau meminta saya untuk menjadi pemain saksofon sekaligus menjadi Project Manager karena melihat saya cukup cakap menangani klien dan rekanan vendor.
Hingga saat ini, saya sudah menghadapi ratusan acara mulai dari acara pernikahan, konser musik, acara instansi, acara pemerintahan, bahkan acara resepsi pernikahan Sultan Brunei Darussalam.
Kok bisa jadi saksofonis?
Accident! Hahaha…
Awalnya saya bukanlah pemain saksofon, melainkan pemain Tuba. Saat saya mendaftar di Institut Seni Indonesia, situs web kampus mengalami permasalahan. Tidak ada pilihan Tuba di sana. Saya terpaksa memilih saksofon karena tidak tahu lagi harus memilih instrumen musik apa. Saya benar-benar mulai belajar saksofon saat awal perkuliahan. Berbeda dengan teman seangkatan saya lainnya, yang sudah bisa memainkan instrumennya masing-masing dengan baik dan benar. Dari situ saya berlatih 6 kali dalam seminggu, menghabiskan waktu 3-4 jam setiap malamnya. Hal ini membuahkan hasil setelah 3 tahun saya rutin melakukannya.
Apa yang paling susah dari belajar saksofon?
Hal yang paling susah dari belajar saksofon adalah permainan jari untuk membunyikan nada-nada yang diinginkan. Selain itu juga mencari karakter suara yang diinginkan saat meniup saksofon. Ini membutuhkan waktu 3 tahun untuk saya menemukan karakter suara saksofon yang bagus.
Pengalaman manggung mana yang paling berkesan?
Pada 2022 saya menjadi Session Player di konser Mahalini. Selain itu saya juga tampil pada acara resepsi pernikahan Sultan Brunei Darussalam di Istana Nurul Iman Brunei Darussalam.
Soft skills apa sih yang dibutuhkan seorang musisi?
Pertama ketekunan dan kegigihan sangat membantu saya mengembangkan skill bermain saksofon hingga di level ini. Kedua adaptasi. Adaptasi adalah kunci kesuksesan bagi saya. Di zaman yang trennya cepat sekali berubah, mau tidak mau kita harus mengikuti tren agar tetap menjadi pilihan. Ketiga komunikasi. Hal ini mengubah saya secara total. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik membuat saya bisa memiliki banyak relasi dari klien dan rekanan vendor. Relasi ini benar-benar menguntungkan saya dalam dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari.
Nah buat Sobat Beswan Djarum yang sedang merintis menjadi musisi atau seniman apapun jangan lupa untuk asah soft skills juga, ya!
Temukan Kenal Alumni edisi lainnya.
Ikuti terus media sosial resmi kami melalui: Instagram (@djarumbeasiswaplus), Facebook Page (Djarum Beasiswa Plus), Twitter (@BeswanDjarum), LinkedIn (Djarum Beasiswa Plus), dan YouTube (Djarum Beasiswa Plus).