<< Kembali

  • Retno Wulandari Wirausaha

    Beswan Djarum 2002/2003

    Retno Wulandari, anak ke 9 dari 9 bersaudara, yang lahir di kabupaten Kendal pada Agustus 1982, adalah salah satu penerima beasiswa Djarum (Beswan Djarum) yang sukses mandiri berwirausaha. Sebuah rumah produksi (production house) yang kini terus berkembang merupakan salah salah satu dari hasil yang mulai dipetik, buah dari kejeliannya melihat peluang usaha.

    “Karierku yang sekarang tak bisa dilepaskan dari ceritaku membangun karier sejak dini. Saat kecil aku memang biasa tampil di depan umum, dari lomba baca puisi, qiro' (seni baca Al Quran), menari, pramuka sampai dengan MC. Semua sudah dijalani sejak umur 5 tahun,” cerita Retno yang biasa dipanggil dengan Enno tentang perjalanannya.

    {pic:left}Bakat ‘tampil di depan umum’ ini terus berkembang hingga ketika duduk di bangku SMP sudah menjadi MC pada kegiatan seremonial, acara sekolah, musik dan lainnya. Titik kehidupan yang benar-benar menjadi lompatan kuantum bagi dirinya adalah ketika menginjak semester 5 perguruan tinggi, yaitu ketika dibuka lowongan untuk menjadi presenter di tv lokal di Jawa Tengah. “Aku mendapatkan kesempatan untuk menjadi presenter dan diajar langsung oleh Ira Kusno (presenter TV yang cukup populer saat itu)”, ujarnya.

    Bergelut dalam dunia presenter selama 3 tahun semakin menguatkan niat untuk menjadi pengusaha, intuisi tersebut dirasakannya jauh lebih kuat dari apapun. “Setiap melihat peluang aku selalu berpikir bisa menghasilkan keuntungan,” ujarnya. Dengan  manfaatkan waktu di stasiun tersebut, bersama teman-temannya mulai membentuk tim, seiring berjalannya watu, usaha bergulir menjadi  sebuah rumah produksi di kota Semarang, dengan nama grav audio visual design. Usaha yang mulai berjalan tahun 2005 ini terus berkembang hingga mendapat kepercayaan membuat profil universitas, iklan bank dan lain-lain. “Setelah itu aku berkembang ke dunia fotografi….klien-klien ku juga sudah lumayan mengenal, biarpun usaha fotografi ini baru 1 tahun kujalani, sekarang aku punya kesibukan baru lagi berbisnis butik dengan tetangga-tetangga sekitarku dan bisnis pernak-pernik.”

    Enno ketika masih menyandang status mahasiswa sebenarnya  tidak pernah terpikiran untuk medapatkan beasiswa. Bukan tak berminat dan tak merasa membutuhkannya,  namun lebih karena semenjak SMU sudah terbiasa mencari uang sendiri. Perkenalan dengan program beasiswa Djarum juga lebih karena mengikuti antusisme rekan-rekan di kampusnya selain memang di fakultasnya belum pernah ada yang mendapatkan beasiswa Djarum ini. Siapa yang menyangka program beasiswa ini kemudian menjadi salah satu yang mewarnai perjalanan karirnya.

    Satu hal yang mengesankannya adalah pelatihan soft skill yang diberikan oleh program beasiswa Djarum. ”Luar biasa, dalam jangka pendek membawa pengaruh pada bangkitnya optimisme, dalam jangka panjangnya, kita akan merasakan manfaat yang nyata ketika kita dihadapkan pada problem, dan benar bahwa semua berpengaruh baik pada sikap dan kepribadian hingga cara saya berpikir dan mengambil keputusan,” ujar Retno.

    Eno mengaku bahwa hampir semua cita-cita dan keinginan waktu kecilnya sudah tercapai, satu hal yang belum terlaksana yaitu mempunyai sekolah standart internasional yang terjangkau atau bahkan gratis. Dalam menapaki cita-cita besarnya itu telah dirintis dengan membangun sebuah yayasan bernama PIA ( Progressio InterstuDy Agency). Sebuah yayasan nirlaba yang berperan sebagai kelompok tengah, mencoba menjembatani antara kalangan intelektual dengan masyarakat biasa agar ilmu bisa sampai ke masyarakat, antara pengusaha, bank dan lain-lain dengan masyarakat. Semuai ini agar mereka memiliki akses dan mampu berkembang menjadi mandiri.

    Salah satu kegiatan yang berhasil dilaksanakan beberapa waktu yang lalu adalah mengadakan pelatihan tentang optimalisasi sumberdaya manusia dan sumber daya alam. Kegiatan yang diikuti 50 pemuda Pemalang. “Kita berupaya memberikan ilmu kepada kaum petani dan pemuda pengangguran untuk bersama-sama mendayagunakan lahan dan kreatifitasnya. Hasilnya, para petani diberikan kesempatan untuk bertani secara benar  dengan cara organik dan diajak bekerjasama menyuburkan lahan dengan cara yang benar, dan diharapkan dengan SOP yang benar pendapatan petani bisa meningkat”. 

    Bagi pemuda putus sekolah dan produktif, dengan yayasannya Enno mengharapkan mereka bisa mengetahui potensi daerah dan dirinya sendiri, kemudian kita menindaklanjuti dengan pendampingan. “Saya dan tim memberikan kesempatan mereka untuk membangun badan usaha dengan didampingi tim ahli sampai mereka bisa mandiri dan menjadi pelopor bagi generasi muda lainnya,” tambahnya.

    Motto hidup 'berdoa, bekerja dan berbagi' menjadi energi bagi jejak langkahnya kedepan, doa membuatnya selalu positif thinking terhadap Tuhan, karenanya ia tidak pernah membatasi diri dan kemampuan ketika bekerja. Ia mengharuskan dirinya dan keluarga untuk selalu berbagi dalam keadaan bagaimanapun.  Sosok Siti Khadijah (istri Rasulullah, Nabi Muhammad SAW) benar-beanr menginsipirasinya. Baginya, beliau adalah panutan dalam segala hal, dari sisi religi maupun duniawi, seorang wanita yang luar biasa: mampu memberikan kenyamanan bagi keluarganya di kala sulit, mendukung suaminya disaat musuh berdatangan, memberikan kehangatan dikala dingin melanda dan menjadi wanita pengusaha yang jujur tapi membuktikan keberhasilannya.