<< Kembali

  • Evan Yuwiko Perdana Announcer and Staff Program, Radio Prambors Semarang Radio Prambors Semarang

    Beswan Djarum 2006/2007

    Evan Yuwiko Perdana. Ya, itulah nama dari pemberian orang tuaku. Dirumah aku dipanggil dengan nama Wiko tapi teman-teman aku lebih sering memanggil aku dengan nama Evan. Aku dilahirkan di Padang pada tanggal 24 Juli 1987 dari pasangan Bapak Windra Sukma dan Ibu Nelza.

    Sekarang aku masih tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (UNDIP) angkatan 2005. Beruntung di kampus aku mendapatkan kesempatan untuk mengasah kemampuan organisasiku di Himpunan Mahasiswa Jurusan Geodesi selama 2 tahun. Hingga suatu ketika aku membaca poster Beswan Djarum. Sekedar info, sebelumnya aku belum pernah menerima beasiswa dari mana pun, sehingga ketika membaca pengumuman Beswan Djarum hanya sambil lalu. Beruntung teman satu kos, mampu meyakinkan aku untuk mengirimkan persyaratan-persyaratannya. Dan singkat cerita, voila! Akhirnya aku diterima sebagai seorang Beswan Djarum. Salah satu hal yang membanggakan buat aku menjadi bagian dari keluarga besar Djarum.

    {pic:right}Diluar dari itu, sekarang aku bekerja di sebuah station radio dengan segmen anak muda, Radio Prambors Semarang. Sudah sejak SMP aku sering mendengarkan siaran Prambors sewaktu masih di Jakarta. Dan ketika berkuliah di Semarang, ternyata Prambors juga mengudara di kota ini. Aku pernah bermimpi untuk terjun di dunia broadcast dan menjadi seorang “Wadyabala Prambors” (sebutan untuk orang yang bekerja di Prambors). Like a dream comes true, akhirnya perlahan mimpi itu terwujud. Tepat di tahun 2008, aku diterima sebagai Staff Program di Prambors Semarang.

    Walaupun studi yang aku tempuh di kampus memang bertolak belakang dengan dunia radio, justru membuat aku tertantang. Banyak ilmu yang aku dapat disini dari bagaimana membuat skrip iklan radio, memproduseri acara radio, membuat content acara dan masih banyak lagi. Semua itu mampu mengasah kreatifitas aku sampai sekarang, karena bekerja di dunia media, kreatifitas dari suatu radio, apalagi radio anak muda,  bisa jadi senjata utama agar terus survive dan mendapatkan pendengar yang banyak.

    Belum sampai 6 bulan bekerja disana, kemudian aku ditawari, atau lebih tepatnya di "paksa" untuk jadi seorang announcer. Awalnya shock juga menerima tawaran itu, karena aku merasa tidak terlalu pandai berbicara. Bisa dibilang, I am learning by doing untuk menjadi seorang penyiar. Dan menjadi seorang penyiar itu tidaklah semudah yang dipikirkan, tidak cuma sekedar berbicara di depan microphone dan memutarkan lagu. Kita dituntut untuk bisa menggerus emosi pendengar, mampu membangun theater of mind, mixing lagu dan banyak note-note lainnya. Beruntung aku mendapat banyak masukan dan arahan dari penyiar-penyiar senior. Hingga saat ini aku masih menjabat sebagai staff program sekaligus produser acara dan diberi kepercayaan untuk siaran prime-time sore hari di Prambors Semarang.

    Beruntung rasanya pernah mendapatkan pelatihan soft skill yang diberikan oleh Djarum. Bekal secara teoritis yang aku terima, bisa aku terapkan dengan baik di kantor, walaupun aku masih terus belajar, belajar dan belajar untuk bisa jauh lebih baik lagi.

    “Be An Extraordinary Person” adalah motto hidupku. Ketika pertama kali berada di Semarang dan dinobatkan menjadi seorang mahasiswa, aku sudah bertekad dari awal untuk tidak cuma menjadi seorang mahasiswa pendatang, menyelesaikan kuliahnya, menjadi sarjana dan akhirnya kembali ke Jakarta. Dengan motto itu, membantu aku terus berkembang dan mengasah kreatifitas aku yang lain, salah satunya sekarang aku juga menjadi seorang  graphic-designer professional. Sejak pertama melihat workshop dan seminarnya di acara Silahturahmi Nasional Beswan Djarum, sosok Yoris Sebastian sangat menginspirasi aku untuk terus menjadi seorang creative junkies dan terus menjadi extraordinary person.