<< Kembali

  • Thantien Hidayati Penulis & Inspirator Aksara Aksara

    Beswan Djarum 2004/2005

    Thantien Hidayati adalah nama yang diberikan oleh eyang-eyangnya. Thantien, rangkaian nama yang berasal dari bahasa Mandarin ini berarti 'pusat tenaga manusia' atau 'hara' dalam bahasa Jepang, sementara Hidayati diambil dari bahasa Arab 'hidayah' yang berarti 'petunjuk'. Anak pertama dari bapak Drs. Sunarto Suryanto, MMT., dan ibu Heny Hermiati ini dilahirkan di Malang pada 25 Agustus 1985. Ia mengenyam seluruh pendidikan formalnya di kota Malang. Alumni Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang ini menamatkan kuliahnya pada tahun 2007 dan langsung menempuh studi lanjutan di Jurusan Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang yang juga telah diselesaikannya pada tahun 2009.

    Thantien bergabung dalam Ikatan Penerima Beasiswa Djarum di Malang pada tahun 2005/2006, dan kemudian mendapatkan perpanjangan hingga tahun 2006/2007 (saat itu penerima beasiswa Djarum dapat memperoleh kesempatan memperpanjang masa penerimaan beasiswa Djarum). Ia memilih untuk mendaftar seleksi Beasiswa Djarum karena menurutnya beasiswa Djarum adalah satu-satunya beasiswa prestasi yang tersedia. Saat itu, ia adalah sosok yang sangat addicted dengan sebuah kata yang disebut dengan 'achievement'. Sehingga ia sangat sering mengikuti berbagai macam lomba, seminar, training, dan berbagai macam aktivitas organisasi kemahasiswaan di kampus dan organisasi kemasyarakatan di luar kampus. Segala aktivitas perburuan sertifikat dan piagam penghargaan yang ia lakukan selama berkuliah tersebut semata demi cita-citanya untuk melanjutkan studi S-2 di luar negeri melalui program scholarship. Namun mendadak selepas menamatkan kuliah S-1 nya, ia menjadi begitu tertarik dengan dunia pendidikan. Ia menjadi tersadar, bahwa melalui pendidikan, bangsa ini bisa lepas dari keterpurukannya akibat 'mind colonization' yang telah terjadi selama ini. Ia bercita-cita untuk membuat sebuah komunitas pendidikan yang dapat mewujudkan hal tersebut. Sehingga akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan studi S-2 nya tetap di kota Malang. Dan pada 4 November 2008, lahirlah Aksara, sebuah komunitas perdikan kreatif bersifat nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan suplemen terpadu yang mengintegrasikan pembelajaran nilai-nilai budi pekerti dan ilmu pengetahuan serta minat bakat untuk anak-anak.

    BESWAN DJARUM & KOMUNITAS AKSARA

    "Awalnya saya pun tidak pernah menyangka, kalau dari diskusi kecil di sela-sela kesibukan kawan-kawan panitia seleksi calon penerima beasiswa Djarum periode 2008-2009, akan ada sebuah ide yang akhirnya dapat terwujud menjadi kenyataan."

    Dalam mewujudkan cita-citanya untuk membuat komunitas tersebut, sebenarnya ia telah mengalami pergulatan proses yang cukup panjang di beberapa LSM yang ternyata cukup banyak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuat komunitas sendiri yang independen, agar merdeka dalam gerakan dan pemikiran. Dan tentu saja, Aksara tidak akan pernah terlahir jika ia tidak menjadi seorang Beswan Djarum karena dari sanalah semuanya bermula.

    "Memang keikutsertaan saya dalam kegiatan itu bukan sebagai panitia. Sudah menjadi kebiasaan bagi kami untuk berkumpul dengan kawan-kawan alumni kalau ada kegiatan Beswan, seperti yang terjadi pada malam itu. Tapi ada satu hal yang membuatnya jadi berbeda, karena Pak Legowo (salah satu pembina Djarum Bakti Pendikan) meminta kami untuk membantu kawan-kawan panitia di sebuah sesi baru dalam tahapan seleksi, Oral Presentation. Akhirnya saya dan Reza (Fatchullah Reza Siswanto) berdiskusi untuk membuat puluhan pertanyaan yang akan diajukan dalam sesi tersebut pada malam itu juga, karena kegiatan akan dimulai pada keesokan paginya. Di sela-sela diskusi itu, cukup sering kami berkutat di seputaran persoalan pendidikan. Memang Allah SWT telah merencanakan semuanya, sebab diskusi ini mungkin saja tidak akan pernah terjadi tanpa adanya tugas dari Pak Legowo. Diskusi kecil ini akhirnya membawa kami pada sebuah kata sepakat untuk memulai sebuah inisiasi kecil yang penuh dengan harapan besar dapat membawa perubahan bagi dunia pendidikan di negeri ini."

    Setelah penggagasannya, Aksara dibangun bersama-sama dengan beberapa orang alumni Beswan Djarum di Malang yang berasal dari berbagai angkatan: Anang Setiawan (2007/2008), Anggi Valentinata Goenadi (2008/2009), Arif Irfan Fauzi (2006/2007), termasuk adik perempuan satu-satunya yang juga menjadi Beswan Djarum pada periode 2007/2008, Wasiska Iyati, dan beberapa orang sahabatnya yang lain.

    Walaupun ia dan kawan-kawan lainnya telah berstatus alumni, namun kepedulian dan perhatian pihak Djarum tidak pernah terhenti. Keberadaan Aksara ternyata disambut positif oleh pihak Djarum. Bahkan untuk mendukung kegiatan pendampingan pembelajaran yang dilakukan oleh Aksara, Djarum telah berpartisipasi dalam mewujudkan cita-cita Aksara untuk mengadakan perpustakaan anak-anak di wilayah pendampingan. Tentu saja keberadaan perpustakaan anak "Pustaka Aksara" menjadi sebuah obat bagi kerinduan anak-anak akan buku-buku bacaan berkualitas yang selama ini sangat amat jarang dapat diakses oleh mereka karena keterbatasan yang terjadi.

    MIMPI YANG BERTANGGAL ADALAH CITA-CITA

    Sebuah kalimat dari Mario Teguh tersebut menjadi motivasinya untuk memberi batas waktu pencapaian pada semua mimpi-mimpinya agar menjadi cita-cita. Aksara adalah salah satu dari sekian cara yang dicoba untuk dilakukannya dalam mewujudkan salah satu cita-citanya, menetralisasi praktik dehumanisasi di sekolah melalui pendidikan suplemen terpadu untuk anak-anak. Ia juga bercita-cita untuk memasukkan mata pelajaran pre marital education pada kurikulum pendidikan SMA, agar terlahir calon-calon orang tua cerdas dengan pola asuh anak yang brilian sehingga anak-anak dapat terbentengi dari segala praktik dehumanisasi yang terjadi di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitarnya. Cita-cita ini sangat memotivasinya untuk melanjutkan studi S-3 di Jurusan Doktoral Ilmu-ilmu Sosial dan Politik Konsentrasi Politik Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang. Namun saat ini ia sedang menunggu kesempatan beasiswa agar dapat berkuliah di universitas tersebut.

    MENULIS ADALAH ZIARAH INGATAN

    Dunia tulis menulis telah digemarinya sejak SD, saat ia mulai bisa menulis dan merangkaikan kata-kata menjadi kalimat. Baginya tulisan, apapun bentuknya, adalah sebuah alat conscientization bagi orang-orang yang ada di sekitarnya, akan realitas yang harusnya tidak diterima sebagai sesuatu yang memang sudah seharusnya terjadi. Buku Antologi Puisi Bersama: Indonesia Dalam Secangkir Kopi Pahit yang merupakan kumpulan puisi yang ditulis bersama-sama dengan beberapa orang kawannya adalah buku puisi pertamanya yang telah diterbitkan dan dilaunching (Liga Adv, 2009). Menyusul pada tahun ini, tesisnya yang sedang dalam proses penerbitan oleh UMM Press juga akan dilaunching insyaallah pada tahun ini, "Menguak Tabir Hegemoni Kekuasaan Dalam Kebijakan Sertifikasi Guru: Melewati Bingkai Ortodoksi Kajian Kebijakan Pendidikan Dengan Perspektif Teori Kritis". Kemudian, satu lagi buku antologi tulisan yang ditulisnya, berjudul "Sebuah Catatan tentang Kebijakan Pendidikan di Negeri Ini", insyaallah juga akan diterbitkan pada tahun ini. Saat ini ia juga sedang terlibat dalam penulisan sebuah buku teks ajar untuk Jurusan Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang, yang berjudul "Politik Pendidikan" (ditulis bersama-sama dengan Dr. Trisakti Handayani, MM). Di sela-sela waktu luang, ia dan beberapa sahabatnya di komunitas Aksara mencoba untuk menggarap sejumlah media pembelajaran kreatif dan buku-buku suplemen pembelajaran bilingual yang berbasis nilai-nilai ke-Islam-an untuk anak-anak usia TK-SD, yang insyaallah juga direncanakan untuk diproduksi secara massal bagi masyarakat umum.

    Perempuan ini memegang prinsip bahwa satu-satunya jalan untuk membuat kehidupannya menjadi berarti adalah dengan menjadi manusia yang dapat berbagi kebahagiaan yang dapat bermanfaat sebanyak mungkin untuk umat. Dan ia juga meyakini bahwa cita-cita apapun yang dilakukan dengan niat tulus semata hanya untuk Allah SWT akan selalu dimudahkan perjalanannya. Baginya, menjadi pendidik bukanlah suatu pekerjaan, melainkan suatu cara terindah untuk menjalani sebuah kehidupan. Ia juga selalu yakin, bahwa jika ia ingin melihat perubahan yang ingin dilihatnya, maka ia harus menjadi bagian dari perubahan itu sendiri.