Menjadi seorang praktisi industri dalam lingkup perusahaan multinasional, tak jarang menghadapkan saya terhadap tingginya tuntutan untuk memberikan performa terbaik. Bertemu banyak orang dengan latar belakang pendidikan dan level usia yang berbeda, belum lagi pada kesempatan yang mengharuskan berkomunikasi dengan rekan kerja internasional yang tentunya memiliki budaya dan kebiasaan kerja yang beragam, merupakan tantangan tersendiri. Tentang bagaimana perlunya mengatur komunikasi yang lancar, tanpa mengurangi sisi profesionalitas.
Sebagai Warehouse Process Specialist, yang tergabung dalam tim Industrial Engineering (IE), kapabilitas teknis merupakan pondasi utama. Bergerak dalam bidang industri manufaktur perakitan panel listrik (switchgear), kesiapan produksi perlu disesuaikan dengan tingginya permintaan atau product demand. Tugas utama tim IE adalah memastikan seluruh sektor mulai dari warehouse, production, hingga delivery and shipment, mampu menampung dan menghasilkan angka keluaran produksi sesuai target. Bagaimana caranya? Dimulai dengan memahami alur proses dan kerja masing-masing area, sehingga dapat menelurkan improvement project untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas non-value added (waste), dengan tujuan membuat kinerja lebih efisien dan dapat menyeimbangkan supply and demand customer.
Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, saya sadar bahwa kecakapan hard skill dalam pekerjaan ini, walaupun memainkan porsi besar, tidak bisa dilepaskan sepenuhnya dengan kemampuan soft skill. Keterampilan yang dapat dipelajari dan terukur, relatif mudah didapatkan selama dalam kelas perkuliahan, praktek kerja lapangan, ataupun buku dan artikel pengetahuan lainnya. Namun, berbeda halnya dengan soft skill. Disinilah selain pengalaman berorganisasi selama masa kuliah di ITS Surabaya, momen berpartisipasi dalam program Djarum Beasiswa Plus (DBP) memainkan peran penting dalam menunjang kapabilitas tersebut.
Menjadi Beswan Djarum, artinya dapat berkesempatan bertemu dan berinteraksi dengan banyak teman dari berbagai daerah dan latar belakang berbeda dari seluruh Indonesia. Jika sebelumnya lingkaran lingkungan saya cenderung dengan teman sedaerah, saat itu saya harus mulai belajar beradaptasi lebih dan berpikiran terbuka, banyak memahami dan mengobservasi bahwa adanya perbedaan bukanlah menjadi hambatan, namun dapat dijadikan kekuatan.
Melalui pelatihan Character Building, kita dibimbing untuk dapat mengenal potensi diri dan juga dalam berkelompok. Selama beberapa hari ditempa agar lebih mandiri, berani, dan tangguh, baik secara fisik maupun emosional. Disini saya juga diajarkan untuk menghargai sesama rekan, mulai dari kekompakan dan rasa saling percaya satu tim, sampai sportivitas dengan tim yang lain. Belakangan saya mengerti, bahwa nilai ini sangatlah penting dan implementatif untuk diterapkan dalam dunia kerja sekarang. Tanpa pembentukan karakter yang kuat, tantangan yang selalu datang silih berganti di era yang serba cepat saat ini, bisa saja menumbangkan kekuatan emosional kita.
Sama halnya saat pelatihan, lingkungan kerja juga memerlukan kolaborasi antar fungsi. Sebagai yang mengantarkan solusi process improvement, sudah tentu saya membutuhkan partisipasi dari departemen lainnya, mulai dari operator Warehouse ataupun Produksi, tim Quality, Supply Chain, hingga level manajemen atas.
Bukan hanya sekedar karakter yang kuat, communication skill pun memegang andil yang besar. Kilas balik dengan pengalaman saat mengikuti pelatihan Leadership Development, kita dilatih untuk memupuk karakter pemimpin dalam diri, belajar untuk melahirkan visi dan misi yang lebih jelas namun doable, yang tentunya dapat memberikan kebermanfaatan bersama. Disini saya juga mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, yakni mengasah public speaking. Sebelumnya, saya bukanlah orang yang mudah menyampaikan opini di hadapan orang banyak. Namun, dengan mentor dan teknik yang tepat, kesempatan berbicara seperti ini, tidak lagi menjadi momok berlebihan.
Begitu juga menjadi satu dari segelintir engineer perempuan di lingkungan kerja, membutuhkan keberanian dalam bersuara dan bersikap. Bagaimana membuat suara kita juga didengar, agar ide atau solusi yang kita sampaikan, dapat tepat sasaran dan guna. Cara berkomunikasi dengan level audiens yang berbeda, juga memerlukan perhatian khusus. Membagikan informasi dan pemahaman terkait project baru kepada tim operator di lapangan, tentunya tidak bisa disamakan dengan saat meyakinkan Management Board dalam hal yang sama.
Pada akhirnya, gagasan yang cemerlang juga tidak ada artinya tanpa dibalut dengan pembawaan karakter yang kuat dan komunikasi yang baik. Satu hal yang saya syukuri, adalah kesempatan untuk dapat memperoleh ilmu lebih melalui program DBP ini. Bermacam event dan pelatihan soft skill yang diberikan, rupanya sangat bermanfaat dan bisa saya rasakan hingga saat ini bahkan mungkin sampai nanti. Untuk para Beswan Djarum yang masih aktif, optimalkan momentum yang ada untuk menggali potensi diri agar dapat menciptakan karya yang bermanfaat seterusnya, tapi jangan lupa untuk menikmati proses sepanjang perjalanan, karena keberhasilan bukan hanya diukur dari hasil akhir, melainkan juga dari proses kita berkembang. Semangat dan semoga sukses!