Pelatihan soft skills Character Building bagi Beswan Djarum 2018/2019 menjadi salah satu titik balik lahirnya pribadi-pribadi berkarakter. Bukan saja karena ditempa oleh sejumlah tantangan baru, Beswan Djarum diajak untuk berpikir dan bergerak menyelesaikan masalah yang ada dalam diri serta lingkungan di sekitarnya. Mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.
Salah satu hal yang paling dirasakan oleh Nixie, Beswan Djarum 2018/2019 dari Universitas Katolik Parahyangan saat mengikuti pelatihan soft skills Character Building adalah tentang susahnya mengakui kekurangan diri, menerima perubahan, dan keluar dari zona nyaman. Pelatihan soft skills Character Building mengajak Beswan Djarum untuk mengenal dirinya, peka terhadap kondisi sosial, serta menyingkirkan egoisme diri untuk mencapai tujuan bersama. Nixie menyadari bahwa berbagai tantangan permainan serta peraturan yang diberikan oleh para pelatih profesional dimaksudkan untuk hal-hal positif yang menjadi bekal untuk dirinya terus berkembang. “Benar yang dikatakan oleh Pelatih selama Character Building, bahwa pelatihan ini memang bukan main-main, melainkan sungguhan, dalam arti bahwa mental, sikap, dan tindakan inilah yang seharusnya kami miliki ketika kami harus memimpin sebuah kelompok atau orang lain. Sungguhan, dalam arti bahwa nanti di masa depan kami akan dihadapkan dengan peristiwa yang lebih sulit dari sekedar fisik dan dampaknya juga akan lebih besar, mengingat tanggungjawab serta kewenangan yang kami emban juga besar. Nanti, dampaknya tidak hanya ke masa depan kami, melainkan juga ke masa depan orang-orang lain yang ada di bawah pimpinan kami. Keputusan yang kami ambil di masa depan nanti akan benar-benar mempengaruhi hidup orang lain”, jelas Nixie.
Hal senada disampaikan Anthony Kurnia Jaya, Beswan Djarum 2018/2019 dari Institut Teknologi Bandung. Anthony mengakui bahwa Character Building mengubah dirinya yang semula tidak peduli dengan sekitar, kini bisa bangun kepedulian, kepekaan, dan belajaruntukmausaling tolong menolong.
“Karakterini (kurang peduli) terlihat sekali saat saya melakukan berbagai game pada Character Building. Ketika teman di regu saya mengalami kesusahan, saya sering kali masih tidak mau membantu karena saya merasa bahwa saya sendiri akan mengalami kesusahan juga apabila membantu mereka. Akan tetapi, dari game pertama yang awalnya karakter buruk saya tersebut masih ada, secara berangsur mulai menghilang hingga game terakhir karena saya mulai belajar untuk mau membantu teman saya yang kesusahan.”
Segala kekurangan tak lantas jadi penghambat untuk memperbaiki diri. Yang jadi pertanyaan adalah beranikah kamu mengakui kekurangan dan memulai perubahan dari dirimu sendiri? Yuk, buang jauh-jauh karakter buruk dan teruslah berkembang!