Artikel

Pururun, Anyaman Bernilai Tinggi

Senin, 30 Juli 2018

Dibutuhkan waktu 2-3 jam dari kota Palembang menuju Desa Ulak Kemang yang terletak di Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Hampir tiap minggu, tim Beswan Djarum 2017/2018 Palembang harus menerjang aspal yang berlubang hampir di separuh perjalanan untuk melaksanakan program Community Empowerment.

Tanaman purun tumbuh subur di Desa Ulak Kemang, Sumatera Selatan. Sayangnya masyarakat masih belum mampu memaksimalkan. Purun justru dianggap hama dan sering dibakar. Padahal kerajinan tangan berbahan dasar purun berpotensi jual tinggi.

Hal ini lah yang menjadi latar belakang Tim Beswan Djarum 2017/2018 Palembang melaksanakan Community Empowerment bersama pengrajin purun. Zahra Dwi Rahmandani, Kelvin, Emilsyah Pratama, Dwi Sarastika Febriany, Rizki Intan Safirna, Nyimas Annisa Rizki Lindy, dan As’at Rahmat menemui Rusla, ketua kelompok pengrajin anyaman. Ibu tiga anak ini menerima kedatangan para Beswan Djarum 2017/2018 dengan penuh kehangatan.

Hal ini lah yang menjadi latar belakang Tim Beswan Djarum 2017/2018 Palembang melaksanakan Community Empowerment bersama pengrajin purun. Zahra Dwi Rahmandani, Kelvin, Emilsyah Pratama, Dwi Sarastika Febriany, Rizki Intan Safirna, Nyimas Annisa Rizki Lindy, dan As’at Rahmat menemui Rusla, ketua kelompok pengrajin anyaman. Ibu tiga anak ini menerima kedatangan para Beswan Djarum 2017/2018 dengan penuh kehangatan.

Bila di sekolah-sekolah lain pada umumnya mata pelajaran muatan lokal (mulok) berupa Bahasa, di Ulak Kemang, menganyam menjadi pelajaran mulok. “Saya mengajar murid-murid tingkat sekolah menengah pertama untuk menganyam dengan bahan dasar purun,” kisah Rusla.

Sayangnya, regenerasi dari pengrajin purun bisa dikatakan terhambat. “Anak muda zaman sekarang lebih suka cari uang yang instan. Kalau mereka ke ladang, pagi kerja, sorenya langsung dibayar,” sambung Rusla. Sedangkan mengerjakan Purun, lanjut Rusla, selain harus menganyam, untuk mendapatkan hasilnya dibutuhkan waktu sampai kerajinan tersebut dibeli.

Sebelumnya, kelompok anyaman purun ini sudah berproduksi. Namun hanya di skala kabupaten Ogan Komering Ilir. Bentuknya pun masih seperti tas belanja dan dompet setengah lingkaran seperti pada umumnya.

“Biasanya tas-tas ini dibuat dari anyaman purun yang sebelumnya berbentuk tikar. Sehingga volumenya terlalu besar. Kita inovasikan dengan membelah purun menjadi dua dan kita anyam sendiri,” tutur Kelvin.

“Setelah melihat dan meriset tren di pasar, kita butuh inovasi dari produk-produk anyaman yang sudah ada,” terang Nyimas Annisa Rizki Lindy. Kemudian saat pelatihan produksi, ia menunjukkan pola yang telah dibuat untuk dipelajari oleh ibu-ibu di sana.

Selain berfokus pada konsistensi memproduksi, Tim Beswan Djarum 2017/2018 juga menerangkan pentingnya menentukan pasar. Mereka juga membuat sebuah akun khusus di Instagram @by.pururun sehingga nantinya pembeli bisa melihat produk-produk dari kelompok pengrajin anyaman ini.

Rusla sangat terbuka terhadap inovasi yang diberikan oleh Beswan Djarum. Ia dan ibu-ibu pengrajin lainnya pun mempelajarinya dengan seksama. Nantinya, diharapkan @by.pururun bisa dikembangkan secara mandiri oleh para pengrajin setempat.

Artikel terkait

1 - 20 April 2024 Seleksi Essay Contest Beswan Djarum 2023/2024 Tingkat Regional 21 - 27 April 2024 Final Essay Contest Beswan Djarum 2023/2024 Tingkat Regional 16-17 Mei 2024 Final Essay Contest Beswan Djarum 2023/2024 Tingkat Nasional 27 Maret - 30 Mei 2024 Pendaftaran Online Djarum Beasiswa Plus 2024/2025 31 Mei - 9 Juni 2024 Seleksi Administrasi Djarum Beasiswa Plus 2024/2025 10 Juni - 23 Juni 2024 Tes Tulis Online Djarum Beasiswa Plus 2024/2025 24 Juni - 31 Agustus 2024 Tes Tulis Offline & Wawancara Djarum Beasiswa Plus 2024/2025 1 September 2024 Pengumuman Beswan Djarum 2024/2025