Tiada hari tanpa masalah. Itulah hidup. Di kampus, di pekerjaan, di keluarga, selalu ada masalah yang menanti kita. Untuk itulah ada banyak teori untuk memecahkan masalah alias problem solving. Namun seringkali kita melihat bahwa teori itu sepertinya mudah, namun implementasinya belum tentu sesuai harapan. Malah, terkadang kita makin menambah masalah di saat berusaha untuk memecahkan masalah. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Dalam memecahkan masalah, terkadang kita fokus pada solusi dan kurang jernih dalam mendefinisikan masalah. Hal ini juga dipicu oleh situasi kurang menyenangkan saat menghadapi masalah, yang tanpa sadar dapat membuat kita panik dan terburu-buru. Padahal, masalah bisa diselesaikan dengan tuntas apabila kita benar-benar fokus mendalami masalah sebelum mencari solusi. Seperti kata ilmuwan terkemuka Albert Einstein, "Jika saya punya waktu 1 jam untuk memecahkan sebuah masalah, maka saya akan gunakan 55 menit untuk memikirkan masalahnya dan 5 menit untuk memikirkan solusinya."
Berlatihlah untuk tidak terburu-buru mencari solusi saat ada masalah datang. Pergunakanlah sebagian besar waktu kamu untuk merumuskan masalah. Untuk bisa merumuskan masalah dengan tepat, ada banyak cara yang bisa digunakan. Salah satunya adalah rumus 5E: Expand, Examine, Empathize, Elevate, dan Envision sebagaimana dilansir hbr.org. Expand adalah proses untuk mendapatkan sebanyak mungkin sudut pandang saat mulai mengidentifikasi masalah. Kamu bisa bertanya pada orang-orang yang terlibat dengan masalah tersebut ataupun yang tidak, untuk mendapat sudut pandang berbeda. Kemudian Examine sebagai proses untuk meneliti akar masalah dari berbagai sisi, mulai dari cara orang bertindak, struktur, sistem yang berpengaruh, hingga berbagai asumsi terhadap masalah tersebut.
Bertanya untuk meneliti akar masalah juga perlu dilakukan dengan cermat. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam bertanya sebagaimana dilansir Forbes.com. Pertama, bertanyalah untuk benar-benar memahami masalah dan bukan mencari validasi atas apa yang sudah kita pahami. Kedua, jangan mempertanyakan kenyataan yang membuat proses problem solving diam di tempat. Pertanyaan kontraproduktif seperti "kenapa harus seperti ini?" "kenapa saya yang harus mengalaminya" harus dihindari. Selain itu, bertanyalah secara terbuka dengan keinginan untuk mendengar, bukan untuk beradu argumen dan memperkeruh masalah.
Proses berikutnya untuk merumuskan masalah adalah Empathize atau berempati terhadap orang-orang yang terdampak masalah atau berada di sekeliling masalah untuk dapat benar-benar paham apa yang dibutuhkan oleh mereka yang mengalami masalah tersebut. Kemudian Elevate sebagai proses menggali hubungan masalah tersebut dengan isu-isu lain dalam konteks yang relevan. Terakhir, Envision sebagai tahap akhir dalam proses yaitu menyiapkan solusi setelah masalah sudah selesai dirumuskan. Tahap ini harus dijiwai oleh visi dan mengelaborasinya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu.
Rumus 5E untuk problem solving ini dapat diimplementasikan dalam berbagai konteks. Saat kita sudah bisa mempraktekannya untuk satu masalah, bukan tidak mungkin kita bisa dengan mudah mengaplikasikannya di masalah lain. Yang terpenting, jangan lari dari masalah dan jangan berlari saat menyelesaikan masalah. Lakukan dengan penuh kehati-hatian agar masalah tidak berulang atau bahkan muncul masalah baru saat menyelesaikan masalah.
Ikuti terus media sosial resmi kami melalui: Instagram (@djarumbeasiswaplus), Facebook Page (Djarum Beasiswa Plus), Twitter (@BeswanDjarum), LinkedIn (Djarum Beasiswa Plus), dan YouTube (Djarum Beasiswa Plus).